Hakekat IPA

Seperti kita ketahui bahwa pengetahuan yang ada pada manusia berawal dari adanya rasa ingin tahu terhadap suatu realita pada objek tertntu. Rasa keingintahuan ini mendorong seseorang untuk lebih mempelajari dengan saksama agar mendapatkan suatu pengetahuan yang akurat dan benar. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah operasional yang strategis dan tepat.

Di dalam Purnell’s; Concise Dictionary of Science ... (1983), yang terjemahannya ”IPA adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksprimen yang sistimatik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa-hipotesa”. Jadi, sekali pun Anda dalam IPA bebas mempelajari segala sesuatu, ketika akan menggunakannya perlu dipikirkan hal-hal lain yang juga mendasar. Pertama, apakah cukup merusak atau tidak. Kedua, apakah melanggar etika- estetika atau tidak, Ketiga, apakah ini benar, dan (karena itu) boleh dilakukan atau tidak. Jika, tidak merusak, jika tidak melanggar etika dan estetika, dan jika itu benar dan boleh, maka lakukanlah. Tetapi, kalau ketiga petanyaan itu ada jawaban yang negative, maka lupakan saja rencana Anda. Karena, mungkin akan merusak, mungkin melanggar etika- estetika, mungkin melnggar moral. Maka dari itu, IPA dalam implimentasinya tidak lepas keterkaitannya dengan ilmu-ilmu lain sebagaimana keterkaitannya ilmu lain itu dengan ilmu lainnya.